Diposting oleh [Ai] Arema Indie | 0 komentar

BALADA #BekukanPSSI, BOPI DAN STATUTA FIFA

Akhirnya, Ayas kembali ke laptop juga. Emang dasar ga bercita-cita dan hobi banget menulis, untuk bikin satu judul tulisan saja sangat menyita waktu dan pikiran, makanya tulisan di Blog ini jarang ter"apdet", hehe. Namun, gelaran kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia yang maju mundur tapi ga cantik seperti kata "Syahroni", membikin tangan dan otak ini jadi gatel pengen nulis. Yang pasti disini hanya opini pribadi penulis saja dan kemungkinan banyak berbeda dari kebanyakan suporter terlebih lagi berbeda dengan pendapat Aremania kebanyakan.



Dagelan Bola
Dan inilah dia ceritanya, semua berawal dari sini. Adalah sebuah acara bincang-bincang di salah satu televisi swasta Indonesia yang dimiiliki politisi berperawakan berjenggot, Mata Najwa ditayangkan 10 Desember 2014 dengan judul "Dagelan Bola." Judul Dagelan Bola  merujuk pada kejadian yang sedang disorot kala itu, dalam laga babak 8 besar Divisi Utama akhir Oktober 2014 lalu pada laga PSS Sleman lawan PSIS Semarang. Kedua tim yang sedang berjuang menuju babak 4 Besar memperagakan keahlian "sepak bola gajah" dengan berlomba-lomba mencetak 5 gol ke gawang sendiri demi hasil kalah untuk menghindari bertemu Borneo FC di babak berikutnya.

Di acara Mata Najwa tersebut dihadirkanlah beberapa narasumber yang berkaitan dengan hajat hidup persepak bolaan Indonesia, ada perwakilan pemerintah yakni Menpora yang baru Imam Nahrawi, perwakilan induk organisasi cabang sepak bola PSSI Hinca Panjaitan yang menjabat Ketua Komisi Disiplin PSSI . Termasuk perwakilan dari mantan pemain nasional, Rochi Putiray, yang mengungkapkan pernah ditawari sejumlah uang oleh "Mafia Bola" untuk mengatur hasil akhir pertandingan. Begitupun perwakilan dari pelatih bola, Bambang Nurdiansyah pun blak-blakan bahwa suap dan pengaturan skor sudah lazim di kompetisi domestik maupun berbagai laga yang dilakoni tim nasional kita sampe sekarang.

Di acara yang sama Mantan pelatih timnas U-19 Indra Sjafri juga berbagi betapa banyak tantangannya untuk membesarkan tim dan mengejar prestasi di tengah iklim sepak bola kita yang tidak kondusif. Oleh karena itu suporter dan pecinta bola tanah air yang ikut hadir di acara tersebut, mendesak agar Menpora agar turun tangan membenahi sepak bola karena dianggap PSSI sudah tak mampu.

Ada momen yang menarik ketika Najwa menanyakan kepada narasumber, tentang siapakah pemilik siapakah sepak bola itu. Hinca Panjaitan menjawab sepakbola adalah milik FIFA, namun ketika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada Imam Nahrawi, Menpora tersebut dengan mantap menjawab, “Milik Bangsa Indonesia!” yang langsung disambut tepuk tangan dari penonton di studio MetroTV.

Diakhir acara bincang-bincang tersebut atas nama Pecinta Sepak Bola Indonesia beberapa aktivis dan suporter menyerahan petisi "Menpora, #BekukanPSSI dan lakukan restrukturisasi untuk selamatkan sepak bola Indonesia!" kepada Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi agar pemerintah melakukan intervensi terhadap PSSI. Bahkan pembawa acara tersebut Najwa ikut menandatangani petisi tersebut di depan Hinca Panjaitan dan Imam Nahrawi. Setelah acara tersebut hashtag #bekukanPSSI jadi Trending Topic di Twitter.

BOPI
Beberapa bulan berlalu sejak Mata Najwa disiarkan, kini gonjang-ganjing dunia persepak bolaan Indonesia kembali hadir dengan tema yang berbeda. Suara #BekukanPSSI pun tenggelam oleh euforia suporter klub lokal seiring bergulirnya kompetisi kasta tertinggi ISL musim 2015. Namun kegembiraan dan euforia para suporter tersebut terusik oleh gebrakan yang dilakukan Kementrian Pemuda dan Olah Raga era Imam Nahrawi. 
 
Seolah menjawab dari petisi untuk membenahi persepakbolaan Indonesia Kemenpora mulai begerak mengaktifkan kembali BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) untuk memverikasi PT Liga Indonesia dan mengevaluasi jalannya liga yang sebelumnya sempat ga jalan di era BOPI sebelum dirinya menjabat Menpora.

"Sejak bulan April tahun 2014, BOPI telah mengirim surat permintaan kepada induk cabang olahraga termasuk PT Liga Indonesia untuk segera mengirimkan data sebagai database. Surat tersebut belum pernah direspon apa-apa hingga kemudian BOPI berkirim surat kembali pada tanggal 6 Januari 2015," ujar Nahrawi, kepada wartawan, di kantornya, Rabu, 18 Februari 2015.

Dalam surat kedua itu, BOPI meminta data informasi terkait manajemen organisasi, atlet dan pelatih, legalisasi untuk kepentingan verifikasi dalam menilai kelayakan atlet, klub, maupun PT Liga Indonesia sebagai operator menghadapi musim kompetisi tahun 2015. "Dengan harapan kami mendapatkan data tersebut paling lambat 19 Januari 2015 sehingga cukup waktu bagi BOPI untuk melaksanakan verifikasi dokumen maupun vaktual," ujar Menpora.

Namun PT Liga Indonesia baru merespon surat tersebut pada tanggal 23 Januari 2015. Ketika itu, baru beberapa klub ISL yang mengirimkan data administratif dan legal dari klub-klub dalam kuantitas yang sangat terbatas. Setelah itu, BOPI proaktif berkomunikasi dengan PT Liga Indonesia untuk mendapatkan data secara maksimal untuk diverifikasi. Akan tetapi, sampai tanggal 13 Februari 2015, data yang masuk ke BOPI baru sekitar 30 persen. Untuk lebih mengoptimalkan proses verifikasi, BOPI terus berkomunikasi dengan PT Liga Indonesia.

Selain melalui BOPI Menpora juga membentuk Tim 9 dengan Mantan Wakapolri Oegroseno sebagai kordinator, Eko Ciptadi, Imam Prasodjo, Djoko Susilo, Nur Hasan, Gatot S. Dewa Broto. Hadir pula Sekjen BOPI Heru Nugroho, Dirjen Imigrasi Iman Suroso, dan dari Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) Velentino Simanjuntak. Tim 9 ini bertugas memberikan masukan dan rekomendasi tentang penyelenggaraan ISL 2015 berdasarkan hasil verifikasi administrasi yang dilakukan BOPI dari data PT. Liga Indonesia.

Menurut Oegroseno beberapa ketentuan yang harus dipenuhi peserta ISL/QNB League 2015 adalah harus segera melunasi tunggakan kewajibannya kepada seluruh pemain, pelatih dan offisial tim dengan menyertakan bukti pelunasan, Seluruh klub peserta ISL/QNB League 2015 harus menyertakan dokumen kontrak kerja profesional pemain, pelatih dan ofisial tim kepada BOPI, Operator ISL dan seluruh klub harus menyerahkan NPWP, bukti pembayaran dan pelunasan pajak serta syarat lain yang ditentukan BOPI.

Celakanya setelah proses yang belarut-larut hingga maju mundur jadwal kick off ISL/QNB League 2015, dari hasil verifikasi versi BOPI ternyata Arema Cronus bermasalah di legalitas besama tim tetangga Persebaya, semua itu karena keduanya juga punya persamaan masalah warisan masa lalu yang belum terselesaikan oleh PSSI yakni ada pihak lain yang juga merasa berhak menyandang nama Arema dan Persebaya. Bahkan BOPI merekomendasikan ISL/QNB League 2015 hanya diikuti 16 tim tanpa menyertakan Arema dan Persebaya yang tak kunjung melengkapi persyaratan yang diinginkan oleh BOPI. Walau akhirnya kedua tim baik Arema maupun Persebaya tetap menjalani laga perdana ISL/QNB League 2015.

"Lawan BOPI!"
Walau dengan dalih membenahi dunia persepakbolaan Indonesia yang lama kacau, namun sepak terjang Menpora dan BOPI terus mendapat resistensi dari berbagai pihak. Tentu saja PSSI sebagai pihak yang dijadikan obyek untuk dibenahi  adalah pihak yang terdepan yang menyatakan ketidaksetujuan terhadap kebijakan Menpora. PSSI merasa keberatan dengan dibentuknya Tim 9, beralasan jika tak ada pemberitahuan dan merasa tak pernah dilibatkan. Selain itu menurut PSSI, apa yang dilakukan Kemenpora bertentangan dengan statuta FIFA tentang canpur tangan pemerintah dan bakal berpotensi mendatangkan sanksi untuk sepakbola Indonesia.

Meskipun sempat menolak dan protes hingga tejadi perang opini di media, akhirnya PSSI pun menuruti kemauan Kemenpora dan bersedia bekerja sama dengan BOPI dengan menyediakan data untuk diverifikasi kelayakan PT. Liga indonesia beserta klub peserta sebelum kompetisi bergulir. Walaupun PSSI tetap tak mengikuti apa yang direkomendasikan BOPI dari hasil verifikasi tersebut dan hingga kini hubungan panas dingin masih terjadi diantara kedua institusi.

Tak kalah keras adalah resistensi dari klub, terutama yang tereliminasi dalam verifikasi BOPI seperti Arema Cronus. Bahkan Arema merasa sebagai korban atas motif balas dendam orang-orang mantan pengurus kompetisi IPL yang ikut nimbrung jadi anggota BOPI. Ketua BOPI Noor Amman sendiri mengakui keberadaan orang-orang mantan pengurus IPL, namun soal tudingan ada kepentingan orang-orang IPL pada veriikasi BOPI, Noor Amman menjelaskan bahwa orang-orang tersebut hanya dibutuhkan mengenai pengetahuannya tentang peraturan sepak bola karena BOPI sendiri tak terlalu paham dengan perarturan tersebut. Noor Amman menambahan tak ada yang perlu dipersoalkan, karena orrang-orang itu juga dulu juga adalah orang-orangnya ketua PSSI Djohar Arifin dan juga ilmu mereka juga didikan dari PT. Liga Indonesia.

Selain dari PSSI dan Arema rronus kebijakan Kemenpora juga menuai resistensi dari suporter bola lokal yang terlanjur kecewa dengan peenundaan jadwal kompetisi ISL/QNB League 2015. Resistensi lebih keras ditunjukan oleh suporter pendukung klub yang tak lolos verifikasi BOPI seperti Arema Cronus dan Persebaya. Walaupun sebagian Bonek ada yang masih setia terhadap nama Persebaya 1927 dan mendukung kebijakan Kemenpora, namun Bonek pendukung Persebaya versi  PT Mitra Muda Inti Berlian tak ketinggalan
melakukan unjuk rasa mengecam BOPI dan intervensi Kemenpora terhadap PSSI di acara Car Free Day di Taman Bungkul Surabaya Minggu (12/4).

Begitu pula di Malang, dengan mengatas namakan Aremania Sejagat Raya aksi unjuk rasa mengecam Menpora dan BOPI pun berlangsung meriah dengan berbagai macam spanduk dan aksi flare. Dengan melakukan konvoi dari DPRD Kabupaten Malang hingga DPRD kota Malang, Aremania menyuarakan dukungannya terhadap Manajemen Arema dan PSSI melawan segala kebijakan Kemenpora dan BOPI.

Berikut 7 tuntutan Aremania Sejagat Raya pada unjuk rasa damai yang didgelar pada Senin (13/04).
    1. Mendukung langkah PSSI untuk melakukan gugatan kepada Menpora dan BOPI atas dampak yang ditimbulkan karena keputusan yang merugikan para pihak pengelola sepakbola Indonesia
    2. Apabila Menpora dan BOPI tidak mencabut keputusannya yang melarang Arema tampil di ISL, maka Aremania menuntut Menpora untuk mengundurkan diri
    3. Mendukung langkah pihak Kepolisian untuk memberikan pengamanan kepada Arema Cronus saat pertandingan kandang dan tandang
    4. Mendukung upaya rekonsiliasi di tubuh Yayasan Arema agar secepatnya menuntaskan proses rekonsiliasi dan mengakhiri segala konflik yang ada
    6.  Mendukung keinginan DPR RI untuk mencabut anggaran Menpora dan BOPI, karena anggaran itu juga bersumber dari pajak masyarakat
    7. Menyerukan kepada Aremania Sejagad Raya untuk tetap bersatu melawan keputusan BOPI dan Menpora
    8. Mendukung Arema agar tetap tampil di kompetisi ISL/QNB League 2015 yang dikelola oleh PT Liga Indonesia dan PSSI

    0 komentar: