Diposting oleh [Ai] Arema Indie | 0 komentar

THE STORY OF THE BLUES: AREMANIA X VIKING part.02 - THE WARS BEGINS


THE STORY OF THE BLUES: AREMANIA X VIKING | The Wars Begins - Setelah tulisan pertama, yang  boleh disebut sebagai pembukaan dan mengulas bagaimana hubungan dua Suporter Biru dengan mereka sebut Saudara Satu Hati yakni Oren dan Ijo. Dan sekarang Ayas akan bawa tulisan berikut ke ranah konflik sebenarnya, disini bakal terkuak insiden apa saja yang membuat hubungan dua kelompok Suporter Biru semakin renggang. Faktor apa saja yang membuat mereka dua Biru saling membenci, bahkan kini dosis kebenciannya hampir menyamai dosis kebencian terhadap musuh besar Oren dan Ijo mereka. Semua dimulai di musim ISL 2009/2010.

ISL 2009/2010 | Arema Indonesia
Di musim 2009/2010 ada beberapa peristiwa penting terutama bagi pecinta bola di Malang, pertama adalah kembalinya Aremania beratribut, Januari 2008 lalu Aremania dijatuhi skorsing tak boleh mengenakan atribut oleh PSSI akibat aksi kerusuhan di Stadion Srawijaya Kediri atau dikenal dengan "Tragedi Kediri Obong". Awalnya sanksi diberikan untuk jangka waktu tiga tahun, yakni berakhir pada tahun 2011. Namun setelah melalui proses banding, sanksi skorsing dipotong menjadi dua tahun. Dan pada tanggal 16 Januari 2010, merupakan hari pertama bagi Aremania terbebas dari hukuman ini.

Robert Rene Albert dengan kaos lambang Arema Indonesia yang sempat ngetrend 2010 lalu.

Peristiwa kedua Tim kebanggaan Kera Ngalam menyandang nama baru dan logo baru yakni Arema Indonesia, (walaupun sekarang logo telah berubah lagi setelah datangnya pemilik baru dari Keluarga Bakrie,  Arema Indonesia sekarang menjadi Arema Cronus warisan dari Pelita Jaya Cronus). Adalah seorang Dutchman/orang Belanda yang bernama Robert Rene Albert yang mempunyai ide untuk merubah nama Klub yang semula Arema Malang menjadi Arema Indonesia. Karena menurut Rene nama Arema Malang berkonotasi negatif yaitu Malang yang berarti Bad Luck alias sial, maka ia mengusulkan agar menjadi Arema Indonesia. Selain untuk menasionalkan Arema biar tidak kedaerahan mewakili daerah Malang saja, tapi juga untuk membawa nama Indonesia di kancah Internasional sekaligus merubah pereruntungan di jagad sepakbola Indonesia.

Inilah yang akhirnya menjadi bahan olok-olok chant/lagu rasis di stadion bagi rival-rival yang tak seiman dengan Arema dan Aremania, terutama si Ijo yang entah bagaimana awalnya, namun kemudian lagu rasis tersebut juga terdengar juga di kandang Biru Barat. Perubahan nama Arema Indonesia dianggap para pembenci Arema sebagai perbuatan arogan karena mengklaim Indonesia sebagai milik Arema, seperti lirik lagu yang sempat nyaring terdengar di kandang para pembenci Arema "Siapa bilang Indonesia Arema, Indonesia milik kita semua..." Pertama lagu ini terdengar di kandang Ijo, karena memang Aremania sudah terbiasa saling berbalas lagu rasis dengan Bonek Ijo, namun seolah menjawab lagu rasis di Kanjuruhan buat Ijo kemudian terdengar pula lagu yang menyerang Arema ini di Siliwangi kandang Biru Barat. Disinilah awal memanasnya hubungan Biru Barat Viking yang menyanyikan lagu menghina nama Arema Indonesia dengan Biru Timur Aremania dengan lagu Arema balasan.

Padahal kalau ditelaah lebih dalam tak ada yang salah dengan nama Arema Indonesia, kalau Arema adalah idiom dari Arek Malang (Anak Malang), maka Arema Indonesia bisa di sebut Arek Malang Indonesia atau Klub Arema dari Indonesia. Inilah kesalahan umum yang terjadi kepada mayoritas nama klub di Indonesia terutama yang klub eksPerserikatan yang dulunya ber-plat merah, seperti Persija Jakarta jika diarrtikan menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta dari Jakarta atau Persib yang berarti Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung dari Bandung. Dan yang paling bodoh terjadi adalah ketika mereka mengolok-olok nama Arema Indonesia, belakangan seakan menjilat ludah sendiri malah konsorsium yang mendanai klub yang mereka bela ikutan menamai diri dengan nama PT Persebaya Indonesia. Dan sekarang lagu rasis yang mengolok-olok nama Arema Indonesia sudah jarang terdengar lagi dan digantikan lagu rasis yang lain.

ISL 2009/2010 | Arema Juara
Musim 2009/2010, juga boleh disebut sebagai musim kejayaan Arema karena setelah menjuarai kompetisi Galatama musim 1992/1993, menyabet Piala Copa Dji Sam Soe (yang kini berubah nama menjadi Piala Indonesia) dua kali berturut-turut di tahun 2005-2006 dan akhirnya di ISL musim 2009/2010 inilah penantian Aremania akan trophy tertinggi di jagad persepakbolaan Indonesia terpenuhi Arema akhirnya mampu mengukuhkan diri sebagai jawaranya Liga Super Indonesia untuk pertama kalinya.Dan sekali lagi adalah Meneer Robert Rene Albert aktor dibalik menterengnya prestasi Arema kala itu. 

Namun, proses menuju menjadi nomer satu di dunia persepakbolaan Indonesia bukannya tanpa halangan, dari krisis finansial, konflik internal hingga tuduhan suap oleh para pembenci Arema mengiringi perjuangan skuad Singo Edan. Sejak reputasi Arema menanjak, sejumlah pihak menuding jika Arema juara karena suap, namun bagaimana menyuap jika untuk menggaji pemain saja sampai harus menunggak. Untung Arema  punya aset yang paling berharga daripada menunggu investor atau sponsor yang telat mencairkan dana, aset tersebut adalah Aremania. Laga home yang dibanjiri Aremania adalah penyumbang dana yang berharga dikala dana sedang macet, pernah di musim itu sekali laga home pendapatan dari tiket yang dibeli Aremania, panpel mendapatkan hasil 1 miliar lebih. Mungkin hanya Arema, klub sepakbola yang pemainnya telat gajian namun mampu meraih juara.

Baru pertama kali melatih di Indonesia, Robert Rene Albert bawa Arema juara dengan pemain tak dikenal seperti Kurnia Meiga, Ahmad Bustomi, Zulikfli Sukur dll.
Skuad juara Arema minus Kurnia Meiga di Senayan
Setelah tudingan suap, tudingan miring yang lainnya bergantian berhembus bahwa Arema juara karena pemberian PSSI. Benar-benar tudingan yang meremehkan kekuatan dan perjuangan skuad Singo Edan yang rata-rata belum terkenal saat itu. Arema bisa meraih juara 70% adalah faktor kejelian dari Robert Rene Albert sebagai pelatih dalam melihat potensi dari pemain muda dan pemain yang tak dikenal. Siapa dulu yang mengenal Ahmad Bustomi, Dendi Santoso, Beni Wahyudi, Kurnia Meiga, Zulkifli Syukur, M Fachrudin, Yongki Aribowo, Piere Njanka, Noh Alamsyah, M Ridhuan dll, mereka adalah gabungan dari bakat-bakat asli Malang digabung dengan anak-anak muda dan pemain tak dikenal yang akhirnya bersinar di tangan ajaib Rene Albert.

Tercatat 5 pemain terpanggil membela Timnas Piala AFF 2010 membuktikan kualitas punggawa Arema kala itu dan jika Arema juara karena hadiah PSSI maka tak mungkin tim-tim besar memburu tanda tangan para pemain skuad juara Arema untuk dikontrak. Sriwijaya FC, Persisam, Mitra Kukar dan Persib adalah klub-klub yang getol mengincar pemain tersebut karena mereka mempunyai dana yang berlimpah.

Dan faktor yang 30%-nya lagi adalah nasib/takdir/keberuntungan dan "Faktor X" lainnya yang diantaranya adalah sedang diperbaikinya Stadion Mandala di Jayapura sehingga Persipura menghabiskan putaran pertama Liga Super di Stadion Mattoanging Makasar, sehingga kepindahan markas tersebut agaknya berpengaruh bagi Boaz dkk yang tak seperkasa seperti jika bermain di Papua. Poin penting lainnya adalah kemenangan saat tur Papua di kandang Wamena juga mengejutkan karena betapa sulitnya meraih poin di tanah Papua, juga 1 poin di kandang PSPS Pekanbaru yang jadi penentu Arema meraih gelar juara.

ISL 2009/2010 | Tour de Batavia
Disinilah puncak dari semua hubungan panas dingin, serangan verbal, saling rasis, saling sindir berubah menjadi serangan fisik dan hubungan Biru Barat dan Timur tak akan pernah sama lagi. Sebelum Tour de Batavia Aremania cukup bebas mengunjungi Bandung seperti ke daerah lainnya, namun kini Bandung layaknya ke Kota Pahlawan harus ekstra waspada jika mengenakan atribut Arema.

Sujud syukur Aremania dan ekspresi pemain Arema di ruang ganti ketika berhasil menahan imbang tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-1 sekaligus memastikan gelar juara di Stadion Rumbai, Pekanbaru Riau.
Tour de Batavia dimulai ketika Arema memastikan gelar ISL pertamanya di Stadion Rumbai, Pekanbaru 26 Mei 2010 ketika berhasil menahan tuan rumah PSPS dengan skor 1-1 dengan demikian Arema mengumpulkan 70 poin dari 33 pertandingan dan takkan terkejar oleh tim manapun. Dan secara spontan  Aremania dari seluruh penjuru Nusantara berencana membanjiri laga terakhir ISL musim 2009/2010, Arema dijamu Persija  di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta Minggu 30 Mei 2010 untuk mendukung sekaligus merayakan gelar juara bersama skuad Singo Edan.

Tour de Batavia | Perang Hoax
Sejak berita keberangkatan ribuan Aremania bakal menyerbu Senayan mulai ramai di media massa, sejak itulah teror dimulai. Teror pertama di mulai di dunis maya, mulai kabar bakar-bakaran, mati-matian hingga ada yang lengkap dengan fotonya. Ya, teror berupa berita miring, isu yang tak jelas sumbernya alias "Hoax" berseliweran di media sosial. Serangan ini menyasar beberapa Fanspage Aremania dan Arema yang disebarkan oleh kelompok suporter rival, dan beberapa orang yang memakai akun anonim alias samaran. Dan efek dari serangan hoax ini berantai, dari postingan satu di repost ke grup lain, dishare juga ke fanspage yang lain juga dan hasilnya membuat kebingungan dikalangan Aremania.

"10 Bus Aremania dibakar di Cikampek," Bagaimana isu tak jelas beredar dengan cepat.
"10 bus Aremania dibakar di Cikampek," "Kereta Arema diserang di Kediri 3 Arema mati, 15 luka-luka," "Bonek Madiun berhasil mencegat rombonggan Aremania, 2 mobil hancur." Itulah beberapa berita tak jelas yang beredar di dunia maya kala itu. Dari banyaknya berita tak jelas yang berkembang, ternyata hanya sedikit yang benar-benar terjadi, seperti penyerangan kereta di Kediri disana memang sudah biasa terjadi jika ada Aremania Tour ke Jakarta dan selebihnya yang bakar-bakar, mati-mati cuma karangan penyebar isu belaka. Motifnya memang ingin membuat kebingungan informasi, merasa gagah jika ada suporter lawan mati apalagi jika ada fotonya.

Belakangan perang Hoax atau serang menyerang dengan berita tak jelas menjadi trend untuk disebar ketika kelompok suporter lawan sedang tour, motifnya ingin memanaskan suasana alias memprovokasi membuat kebingungan informasi dengan menyebar kabar buruk di halaman facebook suporter lawan dan merasa gagah jika ada suporter lawan mati apalagi jika ada fotonya. 

Tour de Batavia | Euforia Juara
Berbeda dengan berita yang beredar di media, di Senayan tak tampak ada muka sedih atau marah karena habis diserang di perjalanan, yang ada cuma euforia pesta merayakan gelar juara yang berhasil direngkuh Arema untuk pertama kalinya. Pemandangan dari pertama masuk Kompleks Senayan pun tampak berubah layaknya berada di Kanjuruhan Kepanjen Malang dan dari jauh terdengar sayup-sayup nyayian Aremania. Nyanyian tentang Arema dan juga nyanyian untuk suporter tetangga yang selama ini sudah menjadi musuh setia yakni Bonek. Saat itu suporter dari Bandung, belumlah menjadi musuh setia walau saling provokasi sudah ramai di media sosial.

50 ribuan Aremania menyerbu Stadion Utama Gelora Bung Karno, membelah isi stadion menjadi oranye dan biru.

Pemandangan isi Stadion Utama Gelora Bung Karno babak kedua Persija vs Arema, 30 Mei 2010.
Pemandangan isi Stadion Utama Gelora Bung Karno setelah wasit meniup peluit tanda laga Persija vs Arema usai.

Didalam  Stadion Utama Gelora Bung Karno tampak terbelah dua, Aremania menguasai 13 sampai 24 stadion utama Gelora Bung Karno sementara pendukung tuan rumah The Jakmania berada di sektor 1 sampai 12. Sejumlah media mencatatkan hari itu sebagai rekor penonton sepakbola terbanyak di Indonesia dengan sebanya 82 ribu orang jika sesuai tempat duduk SUGBK. Namun diperkirakan ada 120 ribuan lebih dengan banyaknya suporter yang berhimpitan dari pintu masuk tribun hingga yang menempati tangga tribun dan termasuk suporter yang berada di luar yang tak bisa masuk ke dalam stadion, bahkan  area setelban yang seharusnya steril pun mulai dijajah suporter ketika babak kedua dimulai. Ini juga merupakan rekor tour terbesar Aremania sekaligus suporter di Indonesia, Aremania Dewata, Aremania Borneo, Arema Batam,  Batavia, Parahyangan,  Bogor dll tumpah ruah di Senayan.

Diawali lagu Padamu Negeri pesta pun dimulai disambung dengan lagu kebangsaan "Salam Satu Jiwa" ciptaan grup rap APA yang sedang hit di kalangan Aremania kala itu. Tak lupa lagu paling favorit yang didedikasikan untuk tetangga musuh setia pendukung Bajoel Ijo dan seolah tak mau kalah Jakmania pun mengumandangkan lagu untuk musuh bebuyutannya suporter Maung Bandung (bukan bobotoh) terkhusus Viking disertai nama binatang berkaki empat dibelakangnya. Bernyanyi, berjoget, berteriak, big flag, flare, smoke bomb, pesta pun ditutup dengan kemenangan Arema 1-5 atas tuan rumah Persija sekaligus penutup ISL musim 2009/2010.

Tour de Batavia | Molotov
Dan dimulailah cerita teror sebenarnya ketika rombongan Aremania kembali ke Malang Raya. Adalah Kereta Api (KA) Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan diserang bom molotov  di sekitar Stasiun Cikampek dan Stasiun Haurgeulis Indramayu oleh ratusan warga beratribut biru yang diduga pendukung Persib. Di antara sebagian besar Aremania ada juga penumpang biasa yang harus dilarikan ke RS Pelabuhan di Kota Cirebon. Mereka menderita luka bakar dan luka memar akibat lemparan batu. Sementara itu Susanto, Masinis KA 142 Matarmaja yang membawa Aremania juga turut menjadi korban akibat lemparan batu  di Stasiun Pegaden yang dilakukkan oknum-oknum tersebut.

Masinis Susanto korban pelemparan kereta.

Keadaan Hari Sutiyono saat masih  koma di Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto Jakarta 2010 lalu.

Meskipun begitu tak ada jatuh korban jiwa di pihak Aremania, namun perlu dicatat ada satu nama Hari Setiono dari Sumber Pucung, salah satu korban terparah dalam Tour Jakarta ketika itu, namun Hari korban akibat terjatuh dari kereta bukan karena lemparan oknum Viking. Tapi banyak yang menghubungkan seolah Hari Setiyono korban serangan tersebut.

(Ketika itu tour suporter menggunakan kereta masih umum dilakukan, sebelum sekarang PT. KAI melarang penumpang  beratribut suporter di kereta. baca: "Suporter vs PT. KAI"). Teror lemparan batu terhadap kereta Aremania sudah  biasa terjadi jika melewati basis suporter rival terutama Kediri, untuk daerah Jawa Barat ada yang bilang serangan terjadi karena ada atribut Jakmania diantara Aremania.

Jika orang Jawa Timur lebih mantap mengumpat dengan bahasa jawa "Janc*k" daripada menggunakan nama binatang berbeda dengan kultur Jawa Barat juga Jakarta yang biasa mengumpat menggunaan nama binatang "Anj*ng, Bab*, Mony*t,"dll. Maka setelah kepulangannya dari Tour de Batavia 2010, Aremania seolah mendapatkan oleh-oleh dari pengalaman di Ibukota tersebut. Oleh-oleh insiden molotov yang tak akan dilupakan, dan oleh-oleh lagu dari suporter Ibukota. Jika dulu Aremania sering menyanyikan lagu yang didedikasikan untuk "Bon*k Janc*k," kini Aremania juga mendedikasikan lagu untuk "Vik*ng Anj*ng," oleh-oleh dari Tour de Batavia 2010.

Itulah sementara tulisan Ayas The Stories of The Blues part.02 puncak dari segala perbedaan dan perselisihan yang akhirnya membuat hubungan dua suporter biru tak akan pernah sama lagi. Jika dirunut dari tulisan bagian pertama mulai kedekatan Viking dan Bonek, perubahan nama Arema Indonesia, Arema Juara dengan segala tudingan miring dan akhirnya peyerangan kereta Aremania dengan Molotov di Cikampek-Cirebon. Inilah rentetan peristiwa yang akhirnya membuat jurang pemisah antara Aremania dengan Viking semakin dalam dan lebar. Masih ada satu  bagian lagi  The Stories of The Blues part.03 sebagai penutup dari trilogi The Stories of The Blues. Mohon maaf jika tulisan ini terlalu lama postingannya, karena untuk merunut kejadian satu persatu membutuhan riset yang mendalam.  -to be continued- 

------------------------------------
Warning : Tulisan ini tidak bertujuan untuk mengobarkan permusuhan! Tapi jadikanlah tulisan ini sebagai bahan pembelajaran dan perenungan. Tulisan ini didedikasikan kepada para korban sia-sia dari pertikaian suporter di Indonesia.
#Respect | Salam Satu Jiwa

0 komentar: