Slide 1 Slide 2 Slide 3 Slide 4 Slide 5
Diposting oleh [Ai] Arema Indie | 0 komentar

BALADA #BekukanPSSI, BOPI DAN STATUTA FIFA

Akhirnya, Ayas kembali ke laptop juga. Emang dasar ga bercita-cita dan hobi banget menulis, untuk bikin satu judul tulisan saja sangat menyita waktu dan pikiran, makanya tulisan di Blog ini jarang ter"apdet", hehe. Namun, gelaran kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia yang maju mundur tapi ga cantik seperti kata "Syahroni", membikin tangan dan otak ini jadi gatel pengen nulis. Yang pasti disini hanya opini pribadi penulis saja dan kemungkinan banyak berbeda dari kebanyakan suporter terlebih lagi berbeda dengan pendapat Aremania kebanyakan.



Dagelan Bola
Dan inilah dia ceritanya, semua berawal dari sini. Adalah sebuah acara bincang-bincang di salah satu televisi swasta Indonesia yang dimiiliki politisi berperawakan berjenggot, Mata Najwa ditayangkan 10 Desember 2014 dengan judul "Dagelan Bola." Judul Dagelan Bola  merujuk pada kejadian yang sedang disorot kala itu, dalam laga babak 8 besar Divisi Utama akhir Oktober 2014 lalu pada laga PSS Sleman lawan PSIS Semarang. Kedua tim yang sedang berjuang menuju babak 4 Besar memperagakan keahlian "sepak bola gajah" dengan berlomba-lomba mencetak 5 gol ke gawang sendiri demi hasil kalah untuk menghindari bertemu Borneo FC di babak berikutnya.

Di acara Mata Najwa tersebut dihadirkanlah beberapa narasumber yang berkaitan dengan hajat hidup persepak bolaan Indonesia, ada perwakilan pemerintah yakni Menpora yang baru Imam Nahrawi, perwakilan induk organisasi cabang sepak bola PSSI Hinca Panjaitan yang menjabat Ketua Komisi Disiplin PSSI . Termasuk perwakilan dari mantan pemain nasional, Rochi Putiray, yang mengungkapkan pernah ditawari sejumlah uang oleh "Mafia Bola" untuk mengatur hasil akhir pertandingan. Begitupun perwakilan dari pelatih bola, Bambang Nurdiansyah pun blak-blakan bahwa suap dan pengaturan skor sudah lazim di kompetisi domestik maupun berbagai laga yang dilakoni tim nasional kita sampe sekarang.

Di acara yang sama Mantan pelatih timnas U-19 Indra Sjafri juga berbagi betapa banyak tantangannya untuk membesarkan tim dan mengejar prestasi di tengah iklim sepak bola kita yang tidak kondusif. Oleh karena itu suporter dan pecinta bola tanah air yang ikut hadir di acara tersebut, mendesak agar Menpora agar turun tangan membenahi sepak bola karena dianggap PSSI sudah tak mampu.

Ada momen yang menarik ketika Najwa menanyakan kepada narasumber, tentang siapakah pemilik siapakah sepak bola itu. Hinca Panjaitan menjawab sepakbola adalah milik FIFA, namun ketika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada Imam Nahrawi, Menpora tersebut dengan mantap menjawab, “Milik Bangsa Indonesia!” yang langsung disambut tepuk tangan dari penonton di studio MetroTV.

Diakhir acara bincang-bincang tersebut atas nama Pecinta Sepak Bola Indonesia beberapa aktivis dan suporter menyerahan petisi "Menpora, #BekukanPSSI dan lakukan restrukturisasi untuk selamatkan sepak bola Indonesia!" kepada Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi agar pemerintah melakukan intervensi terhadap PSSI. Bahkan pembawa acara tersebut Najwa ikut menandatangani petisi tersebut di depan Hinca Panjaitan dan Imam Nahrawi. Setelah acara tersebut hashtag #bekukanPSSI jadi Trending Topic di Twitter.

BOPI
Beberapa bulan berlalu sejak Mata Najwa disiarkan, kini gonjang-ganjing dunia persepak bolaan Indonesia kembali hadir dengan tema yang berbeda. Suara #BekukanPSSI pun tenggelam oleh euforia suporter klub lokal seiring bergulirnya kompetisi kasta tertinggi ISL musim 2015. Namun kegembiraan dan euforia para suporter tersebut terusik oleh gebrakan yang dilakukan Kementrian Pemuda dan Olah Raga era Imam Nahrawi. 
 
Seolah menjawab dari petisi untuk membenahi persepakbolaan Indonesia Kemenpora mulai begerak mengaktifkan kembali BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) untuk memverikasi PT Liga Indonesia dan mengevaluasi jalannya liga yang sebelumnya sempat ga jalan di era BOPI sebelum dirinya menjabat Menpora.

"Sejak bulan April tahun 2014, BOPI telah mengirim surat permintaan kepada induk cabang olahraga termasuk PT Liga Indonesia untuk segera mengirimkan data sebagai database. Surat tersebut belum pernah direspon apa-apa hingga kemudian BOPI berkirim surat kembali pada tanggal 6 Januari 2015," ujar Nahrawi, kepada wartawan, di kantornya, Rabu, 18 Februari 2015.

Dalam surat kedua itu, BOPI meminta data informasi terkait manajemen organisasi, atlet dan pelatih, legalisasi untuk kepentingan verifikasi dalam menilai kelayakan atlet, klub, maupun PT Liga Indonesia sebagai operator menghadapi musim kompetisi tahun 2015. "Dengan harapan kami mendapatkan data tersebut paling lambat 19 Januari 2015 sehingga cukup waktu bagi BOPI untuk melaksanakan verifikasi dokumen maupun vaktual," ujar Menpora.

Namun PT Liga Indonesia baru merespon surat tersebut pada tanggal 23 Januari 2015. Ketika itu, baru beberapa klub ISL yang mengirimkan data administratif dan legal dari klub-klub dalam kuantitas yang sangat terbatas. Setelah itu, BOPI proaktif berkomunikasi dengan PT Liga Indonesia untuk mendapatkan data secara maksimal untuk diverifikasi. Akan tetapi, sampai tanggal 13 Februari 2015, data yang masuk ke BOPI baru sekitar 30 persen. Untuk lebih mengoptimalkan proses verifikasi, BOPI terus berkomunikasi dengan PT Liga Indonesia.

Selain melalui BOPI Menpora juga membentuk Tim 9 dengan Mantan Wakapolri Oegroseno sebagai kordinator, Eko Ciptadi, Imam Prasodjo, Djoko Susilo, Nur Hasan, Gatot S. Dewa Broto. Hadir pula Sekjen BOPI Heru Nugroho, Dirjen Imigrasi Iman Suroso, dan dari Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) Velentino Simanjuntak. Tim 9 ini bertugas memberikan masukan dan rekomendasi tentang penyelenggaraan ISL 2015 berdasarkan hasil verifikasi administrasi yang dilakukan BOPI dari data PT. Liga Indonesia.

Menurut Oegroseno beberapa ketentuan yang harus dipenuhi peserta ISL/QNB League 2015 adalah harus segera melunasi tunggakan kewajibannya kepada seluruh pemain, pelatih dan offisial tim dengan menyertakan bukti pelunasan, Seluruh klub peserta ISL/QNB League 2015 harus menyertakan dokumen kontrak kerja profesional pemain, pelatih dan ofisial tim kepada BOPI, Operator ISL dan seluruh klub harus menyerahkan NPWP, bukti pembayaran dan pelunasan pajak serta syarat lain yang ditentukan BOPI.

Celakanya setelah proses yang belarut-larut hingga maju mundur jadwal kick off ISL/QNB League 2015, dari hasil verifikasi versi BOPI ternyata Arema Cronus bermasalah di legalitas besama tim tetangga Persebaya, semua itu karena keduanya juga punya persamaan masalah warisan masa lalu yang belum terselesaikan oleh PSSI yakni ada pihak lain yang juga merasa berhak menyandang nama Arema dan Persebaya. Bahkan BOPI merekomendasikan ISL/QNB League 2015 hanya diikuti 16 tim tanpa menyertakan Arema dan Persebaya yang tak kunjung melengkapi persyaratan yang diinginkan oleh BOPI. Walau akhirnya kedua tim baik Arema maupun Persebaya tetap menjalani laga perdana ISL/QNB League 2015.

"Lawan BOPI!"
Walau dengan dalih membenahi dunia persepakbolaan Indonesia yang lama kacau, namun sepak terjang Menpora dan BOPI terus mendapat resistensi dari berbagai pihak. Tentu saja PSSI sebagai pihak yang dijadikan obyek untuk dibenahi  adalah pihak yang terdepan yang menyatakan ketidaksetujuan terhadap kebijakan Menpora. PSSI merasa keberatan dengan dibentuknya Tim 9, beralasan jika tak ada pemberitahuan dan merasa tak pernah dilibatkan. Selain itu menurut PSSI, apa yang dilakukan Kemenpora bertentangan dengan statuta FIFA tentang canpur tangan pemerintah dan bakal berpotensi mendatangkan sanksi untuk sepakbola Indonesia.

Meskipun sempat menolak dan protes hingga tejadi perang opini di media, akhirnya PSSI pun menuruti kemauan Kemenpora dan bersedia bekerja sama dengan BOPI dengan menyediakan data untuk diverifikasi kelayakan PT. Liga indonesia beserta klub peserta sebelum kompetisi bergulir. Walaupun PSSI tetap tak mengikuti apa yang direkomendasikan BOPI dari hasil verifikasi tersebut dan hingga kini hubungan panas dingin masih terjadi diantara kedua institusi.

Tak kalah keras adalah resistensi dari klub, terutama yang tereliminasi dalam verifikasi BOPI seperti Arema Cronus. Bahkan Arema merasa sebagai korban atas motif balas dendam orang-orang mantan pengurus kompetisi IPL yang ikut nimbrung jadi anggota BOPI. Ketua BOPI Noor Amman sendiri mengakui keberadaan orang-orang mantan pengurus IPL, namun soal tudingan ada kepentingan orang-orang IPL pada veriikasi BOPI, Noor Amman menjelaskan bahwa orang-orang tersebut hanya dibutuhkan mengenai pengetahuannya tentang peraturan sepak bola karena BOPI sendiri tak terlalu paham dengan perarturan tersebut. Noor Amman menambahan tak ada yang perlu dipersoalkan, karena orrang-orang itu juga dulu juga adalah orang-orangnya ketua PSSI Djohar Arifin dan juga ilmu mereka juga didikan dari PT. Liga Indonesia.

Selain dari PSSI dan Arema rronus kebijakan Kemenpora juga menuai resistensi dari suporter bola lokal yang terlanjur kecewa dengan peenundaan jadwal kompetisi ISL/QNB League 2015. Resistensi lebih keras ditunjukan oleh suporter pendukung klub yang tak lolos verifikasi BOPI seperti Arema Cronus dan Persebaya. Walaupun sebagian Bonek ada yang masih setia terhadap nama Persebaya 1927 dan mendukung kebijakan Kemenpora, namun Bonek pendukung Persebaya versi  PT Mitra Muda Inti Berlian tak ketinggalan
melakukan unjuk rasa mengecam BOPI dan intervensi Kemenpora terhadap PSSI di acara Car Free Day di Taman Bungkul Surabaya Minggu (12/4).

Begitu pula di Malang, dengan mengatas namakan Aremania Sejagat Raya aksi unjuk rasa mengecam Menpora dan BOPI pun berlangsung meriah dengan berbagai macam spanduk dan aksi flare. Dengan melakukan konvoi dari DPRD Kabupaten Malang hingga DPRD kota Malang, Aremania menyuarakan dukungannya terhadap Manajemen Arema dan PSSI melawan segala kebijakan Kemenpora dan BOPI.

Berikut 7 tuntutan Aremania Sejagat Raya pada unjuk rasa damai yang didgelar pada Senin (13/04).
    1. Mendukung langkah PSSI untuk melakukan gugatan kepada Menpora dan BOPI atas dampak yang ditimbulkan karena keputusan yang merugikan para pihak pengelola sepakbola Indonesia
    2. Apabila Menpora dan BOPI tidak mencabut keputusannya yang melarang Arema tampil di ISL, maka Aremania menuntut Menpora untuk mengundurkan diri
    3. Mendukung langkah pihak Kepolisian untuk memberikan pengamanan kepada Arema Cronus saat pertandingan kandang dan tandang
    4. Mendukung upaya rekonsiliasi di tubuh Yayasan Arema agar secepatnya menuntaskan proses rekonsiliasi dan mengakhiri segala konflik yang ada
    6.  Mendukung keinginan DPR RI untuk mencabut anggaran Menpora dan BOPI, karena anggaran itu juga bersumber dari pajak masyarakat
    7. Menyerukan kepada Aremania Sejagad Raya untuk tetap bersatu melawan keputusan BOPI dan Menpora
    8. Mendukung Arema agar tetap tampil di kompetisi ISL/QNB League 2015 yang dikelola oleh PT Liga Indonesia dan PSSI

    Read more...
    Diposting oleh [Ai] Arema Indie | 0 komentar

    SUPPORTERS NOT CUSTOMERS: JERSEY AREMA CRONUS 2015



    Menyongsong musim kompetisi ISL 2015, klub lokal Indonesia berlomba-lomba memperkenalkan skuad terbarunya termasuk juga memamerkan jersey yang bakal dipakai para pemain selama musim kompetisi 2015 berlangsung. Tak ketinggalan klub banggaan Kera Ngalam Arema (Arema Cronus) juga merancang beberapa untuk memeriahkan peluncuran jersey Arema di musim 2015. Setelah hingar bingar acara yang di gelar di Stadion Kanjuruhan tersebut, ternyata bukan sambutan gembira yang diberikan Aremania, namun kontroversi yang berbuah perlawanan sebagian Aremania terhadap sikap yang diambil manajemen Arema Cronus.

    Sebuah teaser dari akun twitter resmi Specs sebagai apparel resmi Arema 2015 dan bocoran perkirraan desain jersey Arema 2015, yang ternyata ga ada yang sesuai gambar diatas.


    Rasa Serie A Italia
    Kontroversi pertama yang datang setelah peluncuran jersey Arema musim ISL 2015 tersebut adalah kemiripan desain dengan klub Serie A Italia. Secara garis besar desain dan warna 90 persen akurat mirip, yang membedaan hanya logo apparel, logo klub, sponsor, nomor punggung dan nama pemain. Tak pelak manajemen panen tudingan bahwa desainnya tak kreatif dan asal jiplak oleh para Aremania. Ternyata tudingan menjiplak kostm dari tim Serie bukan hanya terjadi di Arema, di Bandung juga desain yang mirip juga terjadi di jersey musim 2015Persib yangg membedakan jikan Arema jersey kontroversialnya adalah jersey utama untuk laga home, sementara di Persib terjadi di jersey untuk tandang.

    Kostum tandang Persib yang identik dengan kostum Lazio.

    Warna Titipan Sponsor
    Entah memang demi kepentingan bisnis atau yang lain, sejak musim 2014 jersey Arema dihiasi warna lain yang dominan selain warna biru terutama di jersey home yangg sakral. Sejak musim lalu memang Aremania sudah cerewet karena ada warna dominan yang mencolok selain warna biru, yakni warna kuning yang kini porsinya bertambah di jersey 2015. Otomatis saja semua langgsung menyangkut pautkan dengan aroma politik, wajar saja karena warna kuning yang mencolok mulai nempel di jersey home warna biru Arema sejak klub ini dimiliki keluarga Bakrie yang juga identik dengan partai kuning.

    Kuning, kuning dan kuning.

    Tak Ada Tanggal Lahir di Logo Arema
    Tak cukup dari desain dan warna, seolah memang didesain asal-asalan. Logo Arema pun ikut mengegerkan Aremania karena manajemen memutuskan Logo Kepala Singa kini tanpa angka keramat, yakni tanggal lahir Arema 11 Agustus 1983 dan menggantinya dengan slogan Aremania "Salam Satu Jiwa".

    Manajemen memutuskan sendiri mengganti logo Arema dengan menghilangkan angka keramat 11/8/1987.
    Kicauan Munhar, gajinya belum dibayar manajemen.
    Tak hanya berhenti di urusan kaos, Aremania juga mengungkit rencana manajemen untuk menaikkan harga tiket pertandingan Arema di Kanjuruhan terutama di laga yang dikategorikan Big Match. Selain itu muncul kicauan dari akun twitter mantan pemain Arema "Si Pohon Asem" Munhar, yang membuat berang manajemen karena berkicau di Twitter mengenai sisa gajinya yang belum dibayar. Kabar terbaru Munhar bakal menuntut manajemen Arema mengenai hal ini.

    Alhasil setelah launching Tim dan Jersey tersebut Arema menuai berbagai reaksi dari Aremania, mulai dari yang mempertanyakan, hingga menghujat manajemen. Tak hanya ramai di media sosial, namun di portal berita Arema juga sedang hangat-hangatnya, bahkan spanduk dan poster protes mulai bertebaran di berbagai sudut Kota Malang.

    Sebuah spanduk protes terhadap manajemen Arema terpasang di jembatan Kayu Tangan Kota Malang dan pamlet ajakan boikot cronus!
    Dan tak tanggung-tanggung Legenda Hidup Arema asal Chile Juan Rodríguez Rubio melalui akun twiiter-nya @JuanRubio_24 pun angkat bicara mengkritik perubahan logo dan warga pada jersey Arema. Bahkan Juan Rubio seolah bernazar jika Dia kaya, Ia berjanji akan membeli Arema dan membawanya ke pengelolaan sepakbola yang benar-benar profesional tanpa dicampuri dengan urusan politik. Kicauan Sang Legenda pun juga diamini follower-nya yang kebnyakan juga Aremania.

    Juan Rubio pun kecewa. Salah satu mantan pemain asing Arema yang sangat loyal, hingga kini mengikuti segala ino tentang Arema.


    Mungkin ini Arema sudah tidak dilanda krisis finansial, namun kini Arema terancam oleh kepentingan lain. Dan secara sadar atau tidak sadar gejala itu mulai semakin jelas dan Aremania sudah pada puncaknya. Apalagi Aremania tak puas dengan jawaban manajemen, jika semua perubahan logo dan warna semata-mata demi kepentingan bisnis. Jikapun ini benar, maka ini termasuk langkah bisnis manajemen Arema yang blunder. Padahal jika menurut hitungan bisnis yang wajar maka Aremania-lah sumber duitnya.

    Karena manajemen merasa sangat brilian karena dengan inisiatif sendiri memilih jersey dengan desain identik dengan klub Serie A Italia, warna biru  kebangsaan Singo Edan harus berbagi 50:50 dengan kuning, dan termasuk mengganti angka keramat di logo Arema tanpa melibatkan Aremania. Kelakuan manajemen yang tidak tansparan dan jalan sendiri itu membuat alasan bisnis menjadi tidak masuk akal. Seolah manajemen menyuruh Aremania membeli semua yang manajemen sodorkan, tak peduli itu bagus atau sesuai dengan semangat Aremania.

    Manajemen menganggap Aremania hanya sebatas pelanggan bukannya sebagai suporter kesebalasan Arema yang sudah jatuh bangun membawa nama Arema besar dimana-mana. Tanpa Aremania siapa yang bakal membeli merchandise Arema, tanpa Aremania siapa yang bakal mendukung Arema, tanpa Aremania siapa yang mau mensponsori Arema. We Are Supporters, Not Your Customers - Aremania bukan pelanggan yang datang ke toko untuk membeli barang, Aremania adalah suporter datang mendukung Arema demi harga diri.

    Salah satu mural di salah satu daerah di Malang
    Kini protes yang berawal dari kekecewaan berubah menjadi wacana Boikot Aremania untuk tidak mendukung Arema secara langsung di Stadion sebelum logo dan warna biru Arema kembali seperti sediakala. Entah apa yang bakal dilakuka manajemen menanggapi gelombang penolakan ini, mungkin masih ada semangat Salam Satu Jiwa bukan semangat bisnis dan jalan sendiri dari kebijakkan manajemen, kita tunggu saja.

    You  Care About Money
    You Don't Care About Pride
    #SupportersNotCustomers



    Read more...
    Diposting oleh [Ai] Arema Indie | 0 komentar

    THE STORY OF THE BLUES: AREMANIA X VIKING part.02 - THE WARS BEGINS


    THE STORY OF THE BLUES: AREMANIA X VIKING | The Wars Begins - Setelah tulisan pertama, yang  boleh disebut sebagai pembukaan dan mengulas bagaimana hubungan dua Suporter Biru dengan mereka sebut Saudara Satu Hati yakni Oren dan Ijo. Dan sekarang Ayas akan bawa tulisan berikut ke ranah konflik sebenarnya, disini bakal terkuak insiden apa saja yang membuat hubungan dua kelompok Suporter Biru semakin renggang. Faktor apa saja yang membuat mereka dua Biru saling membenci, bahkan kini dosis kebenciannya hampir menyamai dosis kebencian terhadap musuh besar Oren dan Ijo mereka. Semua dimulai di musim ISL 2009/2010.

    ISL 2009/2010 | Arema Indonesia
    Di musim 2009/2010 ada beberapa peristiwa penting terutama bagi pecinta bola di Malang, pertama adalah kembalinya Aremania beratribut, Januari 2008 lalu Aremania dijatuhi skorsing tak boleh mengenakan atribut oleh PSSI akibat aksi kerusuhan di Stadion Srawijaya Kediri atau dikenal dengan "Tragedi Kediri Obong". Awalnya sanksi diberikan untuk jangka waktu tiga tahun, yakni berakhir pada tahun 2011. Namun setelah melalui proses banding, sanksi skorsing dipotong menjadi dua tahun. Dan pada tanggal 16 Januari 2010, merupakan hari pertama bagi Aremania terbebas dari hukuman ini.

    Robert Rene Albert dengan kaos lambang Arema Indonesia yang sempat ngetrend 2010 lalu.

    Peristiwa kedua Tim kebanggaan Kera Ngalam menyandang nama baru dan logo baru yakni Arema Indonesia, (walaupun sekarang logo telah berubah lagi setelah datangnya pemilik baru dari Keluarga Bakrie,  Arema Indonesia sekarang menjadi Arema Cronus warisan dari Pelita Jaya Cronus). Adalah seorang Dutchman/orang Belanda yang bernama Robert Rene Albert yang mempunyai ide untuk merubah nama Klub yang semula Arema Malang menjadi Arema Indonesia. Karena menurut Rene nama Arema Malang berkonotasi negatif yaitu Malang yang berarti Bad Luck alias sial, maka ia mengusulkan agar menjadi Arema Indonesia. Selain untuk menasionalkan Arema biar tidak kedaerahan mewakili daerah Malang saja, tapi juga untuk membawa nama Indonesia di kancah Internasional sekaligus merubah pereruntungan di jagad sepakbola Indonesia.

    Inilah yang akhirnya menjadi bahan olok-olok chant/lagu rasis di stadion bagi rival-rival yang tak seiman dengan Arema dan Aremania, terutama si Ijo yang entah bagaimana awalnya, namun kemudian lagu rasis tersebut juga terdengar juga di kandang Biru Barat. Perubahan nama Arema Indonesia dianggap para pembenci Arema sebagai perbuatan arogan karena mengklaim Indonesia sebagai milik Arema, seperti lirik lagu yang sempat nyaring terdengar di kandang para pembenci Arema "Siapa bilang Indonesia Arema, Indonesia milik kita semua..." Pertama lagu ini terdengar di kandang Ijo, karena memang Aremania sudah terbiasa saling berbalas lagu rasis dengan Bonek Ijo, namun seolah menjawab lagu rasis di Kanjuruhan buat Ijo kemudian terdengar pula lagu yang menyerang Arema ini di Siliwangi kandang Biru Barat. Disinilah awal memanasnya hubungan Biru Barat Viking yang menyanyikan lagu menghina nama Arema Indonesia dengan Biru Timur Aremania dengan lagu Arema balasan.

    Padahal kalau ditelaah lebih dalam tak ada yang salah dengan nama Arema Indonesia, kalau Arema adalah idiom dari Arek Malang (Anak Malang), maka Arema Indonesia bisa di sebut Arek Malang Indonesia atau Klub Arema dari Indonesia. Inilah kesalahan umum yang terjadi kepada mayoritas nama klub di Indonesia terutama yang klub eksPerserikatan yang dulunya ber-plat merah, seperti Persija Jakarta jika diarrtikan menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta dari Jakarta atau Persib yang berarti Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung dari Bandung. Dan yang paling bodoh terjadi adalah ketika mereka mengolok-olok nama Arema Indonesia, belakangan seakan menjilat ludah sendiri malah konsorsium yang mendanai klub yang mereka bela ikutan menamai diri dengan nama PT Persebaya Indonesia. Dan sekarang lagu rasis yang mengolok-olok nama Arema Indonesia sudah jarang terdengar lagi dan digantikan lagu rasis yang lain.

    ISL 2009/2010 | Arema Juara
    Musim 2009/2010, juga boleh disebut sebagai musim kejayaan Arema karena setelah menjuarai kompetisi Galatama musim 1992/1993, menyabet Piala Copa Dji Sam Soe (yang kini berubah nama menjadi Piala Indonesia) dua kali berturut-turut di tahun 2005-2006 dan akhirnya di ISL musim 2009/2010 inilah penantian Aremania akan trophy tertinggi di jagad persepakbolaan Indonesia terpenuhi Arema akhirnya mampu mengukuhkan diri sebagai jawaranya Liga Super Indonesia untuk pertama kalinya.Dan sekali lagi adalah Meneer Robert Rene Albert aktor dibalik menterengnya prestasi Arema kala itu. 

    Namun, proses menuju menjadi nomer satu di dunia persepakbolaan Indonesia bukannya tanpa halangan, dari krisis finansial, konflik internal hingga tuduhan suap oleh para pembenci Arema mengiringi perjuangan skuad Singo Edan. Sejak reputasi Arema menanjak, sejumlah pihak menuding jika Arema juara karena suap, namun bagaimana menyuap jika untuk menggaji pemain saja sampai harus menunggak. Untung Arema  punya aset yang paling berharga daripada menunggu investor atau sponsor yang telat mencairkan dana, aset tersebut adalah Aremania. Laga home yang dibanjiri Aremania adalah penyumbang dana yang berharga dikala dana sedang macet, pernah di musim itu sekali laga home pendapatan dari tiket yang dibeli Aremania, panpel mendapatkan hasil 1 miliar lebih. Mungkin hanya Arema, klub sepakbola yang pemainnya telat gajian namun mampu meraih juara.

    Baru pertama kali melatih di Indonesia, Robert Rene Albert bawa Arema juara dengan pemain tak dikenal seperti Kurnia Meiga, Ahmad Bustomi, Zulikfli Sukur dll.
    Skuad juara Arema minus Kurnia Meiga di Senayan
    Setelah tudingan suap, tudingan miring yang lainnya bergantian berhembus bahwa Arema juara karena pemberian PSSI. Benar-benar tudingan yang meremehkan kekuatan dan perjuangan skuad Singo Edan yang rata-rata belum terkenal saat itu. Arema bisa meraih juara 70% adalah faktor kejelian dari Robert Rene Albert sebagai pelatih dalam melihat potensi dari pemain muda dan pemain yang tak dikenal. Siapa dulu yang mengenal Ahmad Bustomi, Dendi Santoso, Beni Wahyudi, Kurnia Meiga, Zulkifli Syukur, M Fachrudin, Yongki Aribowo, Piere Njanka, Noh Alamsyah, M Ridhuan dll, mereka adalah gabungan dari bakat-bakat asli Malang digabung dengan anak-anak muda dan pemain tak dikenal yang akhirnya bersinar di tangan ajaib Rene Albert.

    Tercatat 5 pemain terpanggil membela Timnas Piala AFF 2010 membuktikan kualitas punggawa Arema kala itu dan jika Arema juara karena hadiah PSSI maka tak mungkin tim-tim besar memburu tanda tangan para pemain skuad juara Arema untuk dikontrak. Sriwijaya FC, Persisam, Mitra Kukar dan Persib adalah klub-klub yang getol mengincar pemain tersebut karena mereka mempunyai dana yang berlimpah.

    Dan faktor yang 30%-nya lagi adalah nasib/takdir/keberuntungan dan "Faktor X" lainnya yang diantaranya adalah sedang diperbaikinya Stadion Mandala di Jayapura sehingga Persipura menghabiskan putaran pertama Liga Super di Stadion Mattoanging Makasar, sehingga kepindahan markas tersebut agaknya berpengaruh bagi Boaz dkk yang tak seperkasa seperti jika bermain di Papua. Poin penting lainnya adalah kemenangan saat tur Papua di kandang Wamena juga mengejutkan karena betapa sulitnya meraih poin di tanah Papua, juga 1 poin di kandang PSPS Pekanbaru yang jadi penentu Arema meraih gelar juara.

    ISL 2009/2010 | Tour de Batavia
    Disinilah puncak dari semua hubungan panas dingin, serangan verbal, saling rasis, saling sindir berubah menjadi serangan fisik dan hubungan Biru Barat dan Timur tak akan pernah sama lagi. Sebelum Tour de Batavia Aremania cukup bebas mengunjungi Bandung seperti ke daerah lainnya, namun kini Bandung layaknya ke Kota Pahlawan harus ekstra waspada jika mengenakan atribut Arema.

    Sujud syukur Aremania dan ekspresi pemain Arema di ruang ganti ketika berhasil menahan imbang tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-1 sekaligus memastikan gelar juara di Stadion Rumbai, Pekanbaru Riau.
    Tour de Batavia dimulai ketika Arema memastikan gelar ISL pertamanya di Stadion Rumbai, Pekanbaru 26 Mei 2010 ketika berhasil menahan tuan rumah PSPS dengan skor 1-1 dengan demikian Arema mengumpulkan 70 poin dari 33 pertandingan dan takkan terkejar oleh tim manapun. Dan secara spontan  Aremania dari seluruh penjuru Nusantara berencana membanjiri laga terakhir ISL musim 2009/2010, Arema dijamu Persija  di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta Minggu 30 Mei 2010 untuk mendukung sekaligus merayakan gelar juara bersama skuad Singo Edan.

    Tour de Batavia | Perang Hoax
    Sejak berita keberangkatan ribuan Aremania bakal menyerbu Senayan mulai ramai di media massa, sejak itulah teror dimulai. Teror pertama di mulai di dunis maya, mulai kabar bakar-bakaran, mati-matian hingga ada yang lengkap dengan fotonya. Ya, teror berupa berita miring, isu yang tak jelas sumbernya alias "Hoax" berseliweran di media sosial. Serangan ini menyasar beberapa Fanspage Aremania dan Arema yang disebarkan oleh kelompok suporter rival, dan beberapa orang yang memakai akun anonim alias samaran. Dan efek dari serangan hoax ini berantai, dari postingan satu di repost ke grup lain, dishare juga ke fanspage yang lain juga dan hasilnya membuat kebingungan dikalangan Aremania.

    "10 Bus Aremania dibakar di Cikampek," Bagaimana isu tak jelas beredar dengan cepat.
    "10 bus Aremania dibakar di Cikampek," "Kereta Arema diserang di Kediri 3 Arema mati, 15 luka-luka," "Bonek Madiun berhasil mencegat rombonggan Aremania, 2 mobil hancur." Itulah beberapa berita tak jelas yang beredar di dunia maya kala itu. Dari banyaknya berita tak jelas yang berkembang, ternyata hanya sedikit yang benar-benar terjadi, seperti penyerangan kereta di Kediri disana memang sudah biasa terjadi jika ada Aremania Tour ke Jakarta dan selebihnya yang bakar-bakar, mati-mati cuma karangan penyebar isu belaka. Motifnya memang ingin membuat kebingungan informasi, merasa gagah jika ada suporter lawan mati apalagi jika ada fotonya.

    Belakangan perang Hoax atau serang menyerang dengan berita tak jelas menjadi trend untuk disebar ketika kelompok suporter lawan sedang tour, motifnya ingin memanaskan suasana alias memprovokasi membuat kebingungan informasi dengan menyebar kabar buruk di halaman facebook suporter lawan dan merasa gagah jika ada suporter lawan mati apalagi jika ada fotonya. 

    Tour de Batavia | Euforia Juara
    Berbeda dengan berita yang beredar di media, di Senayan tak tampak ada muka sedih atau marah karena habis diserang di perjalanan, yang ada cuma euforia pesta merayakan gelar juara yang berhasil direngkuh Arema untuk pertama kalinya. Pemandangan dari pertama masuk Kompleks Senayan pun tampak berubah layaknya berada di Kanjuruhan Kepanjen Malang dan dari jauh terdengar sayup-sayup nyayian Aremania. Nyanyian tentang Arema dan juga nyanyian untuk suporter tetangga yang selama ini sudah menjadi musuh setia yakni Bonek. Saat itu suporter dari Bandung, belumlah menjadi musuh setia walau saling provokasi sudah ramai di media sosial.

    50 ribuan Aremania menyerbu Stadion Utama Gelora Bung Karno, membelah isi stadion menjadi oranye dan biru.

    Pemandangan isi Stadion Utama Gelora Bung Karno babak kedua Persija vs Arema, 30 Mei 2010.
    Pemandangan isi Stadion Utama Gelora Bung Karno setelah wasit meniup peluit tanda laga Persija vs Arema usai.

    Didalam  Stadion Utama Gelora Bung Karno tampak terbelah dua, Aremania menguasai 13 sampai 24 stadion utama Gelora Bung Karno sementara pendukung tuan rumah The Jakmania berada di sektor 1 sampai 12. Sejumlah media mencatatkan hari itu sebagai rekor penonton sepakbola terbanyak di Indonesia dengan sebanya 82 ribu orang jika sesuai tempat duduk SUGBK. Namun diperkirakan ada 120 ribuan lebih dengan banyaknya suporter yang berhimpitan dari pintu masuk tribun hingga yang menempati tangga tribun dan termasuk suporter yang berada di luar yang tak bisa masuk ke dalam stadion, bahkan  area setelban yang seharusnya steril pun mulai dijajah suporter ketika babak kedua dimulai. Ini juga merupakan rekor tour terbesar Aremania sekaligus suporter di Indonesia, Aremania Dewata, Aremania Borneo, Arema Batam,  Batavia, Parahyangan,  Bogor dll tumpah ruah di Senayan.

    Diawali lagu Padamu Negeri pesta pun dimulai disambung dengan lagu kebangsaan "Salam Satu Jiwa" ciptaan grup rap APA yang sedang hit di kalangan Aremania kala itu. Tak lupa lagu paling favorit yang didedikasikan untuk tetangga musuh setia pendukung Bajoel Ijo dan seolah tak mau kalah Jakmania pun mengumandangkan lagu untuk musuh bebuyutannya suporter Maung Bandung (bukan bobotoh) terkhusus Viking disertai nama binatang berkaki empat dibelakangnya. Bernyanyi, berjoget, berteriak, big flag, flare, smoke bomb, pesta pun ditutup dengan kemenangan Arema 1-5 atas tuan rumah Persija sekaligus penutup ISL musim 2009/2010.

    Tour de Batavia | Molotov
    Dan dimulailah cerita teror sebenarnya ketika rombongan Aremania kembali ke Malang Raya. Adalah Kereta Api (KA) Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan diserang bom molotov  di sekitar Stasiun Cikampek dan Stasiun Haurgeulis Indramayu oleh ratusan warga beratribut biru yang diduga pendukung Persib. Di antara sebagian besar Aremania ada juga penumpang biasa yang harus dilarikan ke RS Pelabuhan di Kota Cirebon. Mereka menderita luka bakar dan luka memar akibat lemparan batu. Sementara itu Susanto, Masinis KA 142 Matarmaja yang membawa Aremania juga turut menjadi korban akibat lemparan batu  di Stasiun Pegaden yang dilakukkan oknum-oknum tersebut.

    Masinis Susanto korban pelemparan kereta.

    Keadaan Hari Sutiyono saat masih  koma di Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto Jakarta 2010 lalu.

    Meskipun begitu tak ada jatuh korban jiwa di pihak Aremania, namun perlu dicatat ada satu nama Hari Setiono dari Sumber Pucung, salah satu korban terparah dalam Tour Jakarta ketika itu, namun Hari korban akibat terjatuh dari kereta bukan karena lemparan oknum Viking. Tapi banyak yang menghubungkan seolah Hari Setiyono korban serangan tersebut.

    (Ketika itu tour suporter menggunakan kereta masih umum dilakukan, sebelum sekarang PT. KAI melarang penumpang  beratribut suporter di kereta. baca: "Suporter vs PT. KAI"). Teror lemparan batu terhadap kereta Aremania sudah  biasa terjadi jika melewati basis suporter rival terutama Kediri, untuk daerah Jawa Barat ada yang bilang serangan terjadi karena ada atribut Jakmania diantara Aremania.

    Jika orang Jawa Timur lebih mantap mengumpat dengan bahasa jawa "Janc*k" daripada menggunakan nama binatang berbeda dengan kultur Jawa Barat juga Jakarta yang biasa mengumpat menggunaan nama binatang "Anj*ng, Bab*, Mony*t,"dll. Maka setelah kepulangannya dari Tour de Batavia 2010, Aremania seolah mendapatkan oleh-oleh dari pengalaman di Ibukota tersebut. Oleh-oleh insiden molotov yang tak akan dilupakan, dan oleh-oleh lagu dari suporter Ibukota. Jika dulu Aremania sering menyanyikan lagu yang didedikasikan untuk "Bon*k Janc*k," kini Aremania juga mendedikasikan lagu untuk "Vik*ng Anj*ng," oleh-oleh dari Tour de Batavia 2010.

    Itulah sementara tulisan Ayas The Stories of The Blues part.02 puncak dari segala perbedaan dan perselisihan yang akhirnya membuat hubungan dua suporter biru tak akan pernah sama lagi. Jika dirunut dari tulisan bagian pertama mulai kedekatan Viking dan Bonek, perubahan nama Arema Indonesia, Arema Juara dengan segala tudingan miring dan akhirnya peyerangan kereta Aremania dengan Molotov di Cikampek-Cirebon. Inilah rentetan peristiwa yang akhirnya membuat jurang pemisah antara Aremania dengan Viking semakin dalam dan lebar. Masih ada satu  bagian lagi  The Stories of The Blues part.03 sebagai penutup dari trilogi The Stories of The Blues. Mohon maaf jika tulisan ini terlalu lama postingannya, karena untuk merunut kejadian satu persatu membutuhan riset yang mendalam.  -to be continued- 

    ------------------------------------
    Warning : Tulisan ini tidak bertujuan untuk mengobarkan permusuhan! Tapi jadikanlah tulisan ini sebagai bahan pembelajaran dan perenungan. Tulisan ini didedikasikan kepada para korban sia-sia dari pertikaian suporter di Indonesia.
    #Respect | Salam Satu Jiwa
    Read more...