Diposting oleh [Ai] Arema Indie | 0 komentar

SEME, FROM HERO TO ZERO


GAJI YANG TERLAMBAT, menjadi hal yang biasa terjadi di klub sepakbola di Indonesia dan juga termasuk pada Klub Arema. Walau musim-musim lalu juga ada kasus telat gaji, namun yang sekarang tampak lebih buruk dan semakin jadi sorotan, apalagi dengan adanya kasus meninggalnya Diego Mendieta dalam keadaan tak mampu membiayai rumah sakit dan terbelit utang karena gajinya belum cair. Dan yang terbaru adalah pemain klub Persewangi Banyuwangi, Sylvain Moukwelle Ebwanga, yang gajinya juga ditunggak, hingga membuat dirinya sakit thypus hanya bisa berbaring di kontrakannya.

Dan kini kabar tak mengenakkan itu datang dari manajemen Singo Edan yang berlaga di Super League. Setelah mengikuti kabar skuad Arema dihiasi banyak bintang berkilauan termasuk yang terbaru masuknya Cristian Gonzales, tiba-tiba seorang Seme Piere Patrick, mantan pemain Arema musim lalu, sempat menjadi kapten dan pencetak gol terbanyak Arema kini ceritanya berubah menjadi pemain yang terbuang. Selain tak masuk skuad gabungan Pelita-Arema, Seme juga mengaku manajemen masih menunggak gaji hingga 7 bulan, dan nilainya tak tanggung-tanggung sebesar Rp 379 juta.

Lama bermain di Malang untuk Persema dan Arema, Seme menemukan pasangan cintanya. Ia menikah dengan Anggi Angraeni, pada 8 Agustus 2008. Kini, pasangan itu dikarunia satu puteri bernama Leticia yang masih berumur dua tahun.

Seme menuturkan jika saat itu manajemen Arema ISL memberikan uang muka (DP) sebesar 212 juta atau 25 persen sesuai kesepakatan dalam kontrak. “DP dibayar dicicil, bukan langsung,” ceritanya. Sebenarnya, selama dua bulan bergabung Seme masih menerima gaji yang sebesar Rp 53 juta per bulan. Namun, menginjak bulan keempat yaitu Maret sampai kontrak berakhir manajemen hanya bisa mencicil gaji dengan nilai tidak penuh.

"Aku sangat kecewa dengan manajemen. Gajiku sampai sekarang belum juga dibayar kurang lebih delapan bulan. Lima kali aku menghubungi manajemen, tetapi disuruh tunggu terus," cetus Seme sembari menunjukkan perjanjian dan nota nilai kontraknya dengan Arema ISL. Gaji Seme yang belum dibayarkan manajemen Singo Edan terhitung sejak Maret 2012.



Memang kondisi Arema kala itu sedang empot-empotan, setelah diterjang konflik internal, kondisi finansial juga ga cukup menggembirakan walau banyak sponsor yang nempel di jersey pemain Arema. Namun kini Arema telah menjelma menjadi klub yang kaya raya dan Seme yang beristrikan orang Indonesia ini pun cukup berharap ada penyelesaian kasusnya dari manajemen baru Arema.

Dilain pihak Manajemen Arema mempersilahkan Seme untuk hadir langsung menyampaikan masalahnya kepada manajemen baru, untuk mencari solusi terbaik secara bersama-sama. Seperti yang diungkapkan Media Officer Arema, Sudarmaji.
"Persoalan ini bisa diselesaikan dengan bertemu untuk berkomunikasi dengan pimpinan klub."
Namun, dari pihak General manajer, Ruddy Widodo mengaku belum mendengar atau membaca atas masalah tunggakan gaji pemain lama ini. Manajemen juga belum menerima surat resmi dari PT LI. Bila ancaman dan janji pinjaman itu benar-benar akan diwujudkan, PT LI akan mengeluarkan surat resmi. "Kalau ada pemberitahuan, biasanya langsung dikirim via email atau fax," kata Ruddy, dilansir dari Surya.

Pengusaha travel ini menegaskan manajemen akan bertanggungjawab dengan gaji pemain. Bahkan tunggakan gaji pemain pada musim sebelumnya juga masih menjadi utang manajemen yang akan dipenuhi. "Sekarang belum bisa berkomentar banyak," tambahnya.

Dari pihak Operator ISL, PT. Liga Indonesia (PT LI), dengan semakin disorotnya persoalan gaji pemain yang tak terbayarkan oleh klub membuat Ketua Eksekutif PT Liga Indonesia, Joko Driyono akhinya bersikap dan mengancam akan mencoret klub yang memiliki tunggakan gaji pada pemainnya, termasuk Arema LSI. PT LI juga siap memberi pinjaman pada klub yang terbelit masalah finansial.



Sementara itu Wakil Ketua FIFA, Prince Ali bin Al Hussein, menilai kematian Diego Mendieta adalah dampak dari konflik PSSI dan KPSI yang berkepanjangan, sehingga pengurus yang seharusnya lebih memperhatikan nasib liga, klub juga pemain, malah subuk ribut sendiri-sendiri. Semoga tak ada nyawa yang melayang lagi gara-gara kelalaian klub, dan seharusnya klub tidak memaksakan membentuk tim jika tak mampu menggaji pemain, dan federasi, operator liga, seharusnya lebih mengawasi jangan sampai hal yang memalukan ini terjadi lagi. (dari berbagai sumber)

Salam Satu Jiwa

0 komentar: