DIEGO MENDIETA, TRAGEDI SEPAKBOLA INDONESIA
SEKALI LAGI, berita buruk terdengar dari dunia sepakbola Indonesia. Seolah tak pernah berhenti bak kisah novel tragedi, setelah cerita timnas yang gagal lolos dari babak grup Piala AFF, kini berita buruk datang dari kota asal Jokowi, Solo. Sebagai lanjutan dari efek berantai kisruh dualisme elit sepakbola Indonesia, seorang pemain asing asal Paraguay, Diego Mendieta 32 tahun harus bernasib naas. Sempat menjadi bintang yang dielu2kan suporter Persis Solo, Pasoepati, Diego terpaksa harus dipanggil Yang Maha Kuasa dalam keadaan miskin di Indonesia.
Bermain sebagai striker di Persis Solo versi PT. Liga Indonesia (saat itu Persis solo juga terjadi dualisme seperti Arema), Mendieta bermain cemerlang dengan beberapa kali mencetak gol untuk kemenangan Persis, (seperti tampak di foto diatas selebrasi Mendieta bersama pemain Persis). Namun, hingga akhir kompetisi, bukan menjadi orang sukses, makmur yang didapat, tapi gaji yang tak terbayarkan.
Menurut kabar yang beredar di masa akhir karirnya di sepak bola, Mendieta mengalami kesulitan ekonomi dan mengklaim lebih dari Rp 100 juta gajinya belum dibayar oleh Persis PT LI. Padahal saat ini kepengurusan Persis baik yang PT LI maupun yang LPIS telah dibubarkan. Karena kesulitan ekonomi itu, dia bahkan sempat mengaku belum membayar sewa kamar kos selama delapan bulan terakhir.
Hingga saat Mendieta jatuh sakit, terserang Typhus akut Mendieta sempat dirawat di tiga rumah sakit di Solo dengan biaya sendiri dan donasi para penggemar bola.hingga akhirnya meninggal di Rumah Sakit dr Moewardi Solo pada pukul 23.30 WIB, Senin (3/12/2012).
Walikota Surakarta pengganti Jokowi yang juga mantan Ketua Umum Persis Solo, Hadi Rudyatmo,menuding PSSI sebagai biang kisruh yang menyebabkan banyak pemain termasuk almarhum Diego Mendieta mengalami nasib jelek dan terkatung-katung. Dia juga mendesak PSSI membiyai kepulangan jenazah Mendeita ke kampung halamannya di Paraguay.
"Ini peringatan untuk PSSI. PSSI selaku induk olahraga sepakbola di Indonesia harus bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan baik. Namun akibat adanya konflik dan semrawutnya pengelolaan internal akhirnya pemainlah yang menjadi korban. Masalah ini harus ditangani oleh PSSI dengan baik dan menjadi pengalaman berharga," ujar Rudy.
-------------------------
Ini hebatnya Indonesia, punya dua Federasi Sepakbola, punya dua Tim Nasional dan juga punya dua Liga yang mengaku paling profesional. Tapi ada pemain asing yang mengadu nasib, bukannya malah makmur tapi malah meninggal dunia dengan miskin disini. Betapa memalukannya mereka yang sibuk ribut berebut kekuasaan hingga tak peduli lagi nasib pemain yang tak terbayar haknya. Kayanya maslah ini bakal berbuntut panjang... Rest In Peace, Man!
# R.I.P DIEGO MENDIETA ,
ada kutipan perkataan DIEGO MENDIETA sebelum menghembuskan nafas terakhir "AKU MAU MATI , TAPI DI RUMAH JANGAN DI INDONESIA, tragis....
0 komentar: